Isu perubahan iklim yang sudah lama masuk dalam salah satu agenda protocol Kyoto nampaknya hingga hari ini belum menunjukan perubahan. Justru angka kerusakan terhadap lingkungan lebih tinggi dan signifikan. Agenda jangka panjang (asia) terhadap perubahan iklim terkait mitigasi, mekanisme pelaporan dan verifikasi terhadap reduksi gas rumah kaca masih berjalan lambat.
Seperangkat negosiasi di Bali beberapa tahun yang lalu, menghasilkan beberapa kesepakatan antara Negara maju dan Negara berkembang. Dalam hal ini adalah transformasi teknologi dan adaptasi. Sementara perihal negosiasi penurunan emisi di Negara maju masih alot dan penuh dengan perdebatan.
Pada hari ini di Meksiko perdebatan itu sedang kembali berlangsung dalam konferensi perubahan iklim. Perdebatan yang sama alotnya ketika di Bali menjadi momok bagi kita, betapa Negara-negara maju semakin terlihat cuci tangan terhadap perubahan iklim yang saat ini terjadi. Kehancuran ekosistem (ecoside) oleh egosentris Negara-negara maju nampaknya tidak terelakan
Kewajiban Negara-negara maju sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar masih berbelit untuk menurunkan kadar emisinya, saat ini Negara maju hanya mampu menurunkan kadar emisi gas rumah kaca baru sekitar 18% dari 40% yang ditargetkan. Sementara Negara berkembang yang sebetulnya menjadi kambing hitam atas isu perubahan iklim harus dengan legawa, bahwa mereka berkewajiban memperbaiki kondisi hutan dan pendukungnya.
Padahal Negara maju sebagai penyumbah terbesar emisi gas rumah kaca berkewajiban untuk ikut serta menyelamatkan bumi dengan menyuntikan dana bagi proses adaptasi dan transfer teknologi guna penangan gas rumah kaca. Karena memang diakui di beberapa Negara berkembang factor financial masih menjadi kendala guna rehabilitasi hutan yang hancur. Kehancuran hutan dibeberapa Negara berkembang pun didasari pula oleh salah satu sifat egosentris Negara-negara berkembang yang mengeruk hasil hutan di Negara berkembang kemudian berbondong-bondong diangkut kenegaranya tanpa sisa, yang tertinggal hanya ampasnya (tailing), sementara Negara-negara berkembang tetap saja menjadi miskin dan hutan merekapun terlanjur hancur gara-gara kerakusan Negara maju. Polemik dan mata rantai yang menjadi siklus perubahan iklim di bumi ini tidak serta merta akan terputus, jika sifat kerakusan/ egosentris mereka tetap kukuh seperti saat ini. Dan kini mereka (Negara maju) dengan seenaknya menuntut pengembalian ekosistem. Padahal siapa yang merusak?? Negara pemodal lah yang mengawali kerusakan yang telah mewabah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar