5 Untuk kekasihku
jika hari ini engkau pergi untuk kebahagianmu. Jika hari ini engkau menangis karena keadaanku, jika hari ini aku harus melepasmu berarti aku telah memberikan cinta terbesarku untukmu....hhh
ketiadaanku akan kamu mungkin akan membuka hatiku bahwa selama ini aku terlalu menyayangimu. Sehingga saat tuhan memisahkan kita, aku tak tau harus berbuat apa. Karena akupun pernah menyakitimu. Tapi kita adalah manusia. Yang punya salah.
Jika malam ini aku dapat melupakanmu. Maka esok hari engkau tidak perlu menyapaku, apalagi engkau mengingatkanku akan kenangan yang telah kita ukir bersama. Disana, ditempat yang tersembunyi, yang hanya kita berdua yang dapat merasakan. Disana, ditempat yang jauh lagi tinggi, dingin, dan beku, ditempat kita mengatakan berjuta harapan. Tapi entahlah engkau akan ingat itu. Jika saat ini didalam mimpimu telah hadir kumbang liar yang mengerumuni wajahmu, seakan-akan tubuhmu blingsatan, mengerang dan kaupun terpejam. Aku tak sanggup apalagi jika ingin melihat itu... tapi biarlah jika kini itu duniamu.
Cintaku bagaikan mizq yang wanginya tetap membekas disetiap ruang. Bagaikan garam yang tak mungkin berasa tawar. Bagai awan yang selalu akan tetap menggantung di langit. Tapi sayang tiada tempat untuk aku singgahi, semua kosong. Hingga kini cita-cataku selalu menggantung karenamu. Terbang bebas sehingga aku berasa iri melihatnya? Seakan aku tak sanggup menggapai, seakan menjauh dariku. Tapi... hingga waktunya tiba... aku akan menunjukan kepadamu bahwa mimpiku adalah mimpi kita berdua. Walaupun saat ini engkau telah ada dimana. Mungkin ditempat yang tak dapat aku temui.
Matahari yang telah surup bergaris merah itu bertanda bahwa, Kini bayangmu telah menggantikanya. Bersila dan bersemedi didalam hatiku. Rumini....Seperti siluet yang memancar dari matamu. Bergelayut diatas altar yang berpermadani biru. Dari batu yang keras, lagi halus, sehingga setiap tetesan air yang jatuh diatasmu pasti akan tergelincir berjatuhan. Seakan tidak engkau berikan mereka waktu untuk singgah. Dan semoga di setiap malamu, akan selalu ditemani kasturi keindahan. Sehingga dalam lelapmu, aku hadir untuk mencumbumu, hingga matahari pagi membangunkanmu dengan sentuhan yang lembut.
Jika engkau memintaku untuk memberimu emas, berlian, aku tidak akan bisa memberikanmu itu semua. Karena aku tidak akan pernah memberimu sesuatu yang mahal, berkilau, apalagi bermerk. Tapi aku akan memberikan ketulusan buat kamu. Sesuatu yang lebih berkilau, lebih mahal dan lebih berat, daripada ketika aku harus memberikanmu bongkahan emas.
Sebenarnya aku ingin engkau benar-benar hadir, disaat aku lemah, karena aku tau aku bukanlah prajurit yang tak akan mati di medan tempur. Sebenarnya aku berharap, kamu dapat meningatkanku ketika aku khilaf, karena aku tau, aku bukanlah yusuf yang terpelihara dari dosa. Dan lebih lagi aku berharap. Engkau hidup bersamaku dengan kekuranganku bukan kelebihanku, hingga nanti, hingga waktu dan saat yang semua mahluk pasti akan dijumpai. Masa yang semua mahluk takuti, masa yang semua mahluk pasti memohon untuk menunda, jika ia mampu.
Jika aku bermimpi bangunkanlah aku, tamparlah aku. Karena mungkin aku tidak berhak meminangmu. Biarlah ini menjadi kenanganku yang tidak akan hilang, menjadi khayalan, ataupun cerita bagi anak-anaku nanti. Bahwa bapaknya pernah memiliki seorang kekasih sepertimu. Walaupun bumi ini telah keriput, matahari telah pasrah karena orbitnya tak lagi beraturan. Cerita tentangmu terus berkelebatan mengitari ruang waktuku, hingga di padang masyar tuhan mengutukku karena telah berpoligami dengan bayangmu.
Ah.. kamu tidak akan peduli. Biarpun kata-kata ini ada atau tidak. Kamu tidak akan peduli, kamu tidak akan mendengar. Mungkin telingamu telah engkau sumpal dengan koin dolar. Hatimu tak lagi mampu merasakan, karena terlalu banyak endapan lumpur feodalis. Hampir-hampir akupun terjerumus dalam kubangan lumpur yang engkau buat. Entah apa maksudmu?
***
Kekasihku… engkau tetaplah teridah, seindah engkau ketika mencintaiku. Engkau pernah membawaku pada hidupmu dengan rasa sayang. dan dengan senyumu engkau telah menyentuh cintaku. Biarpun Pernah kau menyakiti hati ini, atau engkau pernah mengingkari janji. Tapi kita iini adalah manusia. Aku tidak membencimu, memusuhimu atau ingin menghilangkanmu. Biarpun engkau tidaklah menjdi kekasihku baik jiwa dan ragamu. Tapi engkau tetap memberikan cinta yang menguatkan hatiku. Menemaniku kemanapun aku berjalan menyusuri lorong-lorong waktu. Itu serasa lebih indah, mencintaimu tanpa harus memilikimu. Karena dengan memilikimu kita tidak pernah menjadi diri kita sendiri. Menjadi diri yang baik dan mampu menciptakan energi positif disekitar kita.
Itu karena aku tidak dapat menghilangkan dirimu dari hatiku. Mungkin karena aku menulisnya ketika dulu terlalau dalam dan terlalu menggunakan banyak tinta. Sehingga aku tidak dapat menghapusnya. Tapi biarlah engkau tetap tinggal dihatiku, biarlah aku tetap memujamu. Engkau telah memanggil hidupku untuk tetap bangkit dari lumpur yang menjeratku. Biarpun itu bukan dari mulut atau permintaanmu. Tapi dari keindahan cinta itu yang menciptakan.
Engkau akan selalu ada. Walaupun saat ini engkau bagian dari kehidupan orang lain. Bagian dari cinta mereka yang menginginkanmu begitu kuat. Tidak seperti ku yang lemah, yang mudah kalah. Aku tidak akan menunggu lagi kedatanganmu ditepian hidupku. Karena aku tidak ingin merusak istana indah hidupmu. Aku tak ingin berbagi dengan kebahagianmu, karena aku tidak berhak.
Aku ingin memandangmu sebagai wanita yang indah. Bukan sebagai ya’juz atau daJJal bapaknya. Aku ingin memandangmu sebagai fatimah istri nabi. Tapi kamu harus berubah terlebih dahulu, mensucikan badanmu dari baju-baju duniawi, melepaskan keegoisanmu. Lepaskan itu semua seperti air hujan yang turun meluncur tak terbendung. Aku akan puas dengan kebahagianmu meskipun aku tak mampu ketika aku berhadapan didepanmu.
Sebenarnya engkau adalah bidadari, bidadari yang turun memberikan bongkahan emas dialtar cinta. Dikerajaan yang jauh, jauh sekali sehingga tak akan ada seorangpun yang akan mampu menemukan kerajaan itu. Dan sayangnya aku tak dapat menggenggam erat apa yang telah engkau berikan. Menyusunya dalam bait dan syair yang indah. Apa yang telah engkau berikan telah berubah menjadi bara yang membakar kedua tanganku. Hingga melepuh tak sanggup akau menahan rasa perih dan sakit ditanganku. Aku tak tau bagaimana aku harus memegangnya. Dengan eratkah?. Dengan menggenggamnya? Atau aku harus mencari wadah untukbara itu... aku bingung dan tak kuasa menahan sakit.seharusnya engkau berfikir bahwa apa yang engkau berikan seharusnya kita jaga bersama. Sehingga aku tak kewalahan merumat bara panas yang engkau berikan. Sementara ia terus menggelinding-linding seperti bola. Hah.. aku harus menjadi apa?? Penjaga gawang.. gelandang... atau wasit? Terus......
Yah aku tak mampu.. jadi diri sendiri pun akhirnya aku tak mampu, karena harus memakai topeng. Aku harus tersenyum sementara batinku menangis terluka. Engkau tidak akan pernah tahu kan??
Aku ingin memperjuangkanya.. tapi untk apa aku perjuangkan, untuk apa aku bertahan, sementara aku tak punya pertahanan? Karena engkau meminta agar aku tak mengganggu kebahagiaanmu, kesenanganmu. Pilihanmu. Tapi mengapa engkau menjanjikan sesuatu kepadaku. Menjanjikan sesuatu yang sebenarnya..... ah menjijikan.
Aku tak ingin waktu yang telah lama memisahkan kita. Tidak berarti. Tidak memberikan perubahan. Tapi.... Aku ingin engkau tetap cantik seperti dulu kala sehingga aku sempat berhenti aliran darahnya. Tertegun mematung seperti orang bodoh ketika aku melihatmu dipagi hari, siang hari bahkan malam hari. Aku tak ingin engkau menatapku tetaplah engkau berjalan tanpa berpaling kebelakang. Terus.... teruslah berjalan.
6 (dibawah jeratan mimpi)
Manusia lahir telah membawa mimpinya masing-masing. Konon ditanganya telah tertuliskan baitan syair kehidupanya. Seorang yang berkelana jauh hingga menempuh liku-liku hidup adalah cara ia untuk menemukan dan meraih mimpinya. Mimpi itu, oranye, indah dan tawar tidak manis ataupun pahit. Tapi jalan untuk meraih mimpi itulah yang terkadang harus mengorbankan segalanya termasuk sesuatu yang paling berharga dan kita cintai.
Tapi kita tidaklah harus selalu menjadi seorang pemimpi, tapi kita harus menjadi orang yang mampu mewujudkan mimpi kita sendiri. Karena dengan mimpimu, kamu akan dapat menikmati pahitnya kehidupan serta manisnya perjuangan. Jika engkau mempunyai mimpi, untuk menjadi seorang pahlawan, jadilah seorang guru. Karena guru adalah pahlawan yang bisa menciptakan pahlawan baru. Jika engkau mempunyai mimpi untuk hidup mulia maka jadilah seorang yang dermawan. Karena memberi adalah menentramkan hati dan mensucikan hati. Namun jika mimpimu adalah banyaknya harta dan kemewahan, maka jadilah kamu orang yang miskin, karena dengan miskin kamu akan menghargai kehidupan dan orang lain. Sebenarnyapun didunia ini tiada orang miskin. Karena dirikitalah yang membuat kita merasa miskin. Manusia selalu merasa kurang dengan pemberian tuhan. Manusia tidak pernah merasa puas apalagi bersyukur atas semua pemberian tuhan. Manusia miskin karena tidak pernah tumaninah dengan keyakinan dan hatinya.
Raja menghentikan tulisanya. malam itu raja gelisah, karena ia sendiri sedang mencari impianya. Impian yang sebenarnya. bukan kebohongan yang selama ini ia rasakan. Semua impian yang ia tuliskan selalu berujung pada hal-hal materil keduniaan, dan semua tidak bisa membuat ia tenang
”Aku sedang menulis mimpiku di kertas ini yang kadang aku tidak yakin ketika aku menjalaninya. Aku akan menempelkanya didinding-dinding kamarku, lemari bajuku dan tempat persembunyianku. Akau akan menuliskanya dengan warna merah menyala agar mataku selalu terbelalak dan memori otaku akan menyimpanya dengan sempurna. Aku akan melindungi mimpiku ini dari parasit seperti engkau. Huh...
Tiba-tiba hape bututnya berdering, SMS dari Ya’juz” sebutan baru dan khusus bagi rumini yang meninggalkanya.
” maz aku ingin bertemu, jujur aku ga bisa bohongi kalo aku masih sayang ma mz”.
Pesan singkat itu seakan membuka luka lama bagi Raja, luka yang telah ia coba sembuhkan sendirian. tiba-tiba saja Rumini menaburkan garam diluka yang belum benar-benar kering.
”Rum.... aku telah mengiklaskanmu memilih orang lain yang lebih segalanya. Rum... dengan mengiklaskanmu aku telah memberikan cinta terbesarku buat kamu”
tapi raja kembali menghapus pesan yang baru ia tulis,
”lebih baik aku urungkan niatku untuk mengingatnya kembali.
”Salah satu mimpiku telah tertunda karena ingin memilikimu. Karena mimpiku iini aku telah menunda mimpiku yang lain. Maaf Rum... seharusnya aku tidak melakukan kesalahan yang samalagi. Raja telah menikmati kesendirianya. Dengan cara itu pua ia telah mensyukuri segala yang ada. Hal itu hanya sebagian dari cobaan manusia yang tidak pernah terlahir sempurna.
”Ah.. aku ingin menuliskan lagi mimpiku dikertas ini, dan persetan denganmu Rum..
Jangan pernah menjadi Camp-pers, tapi jadilah seorang pengembara yang tidak pernah lelah mencapai tujuannya. jangan pernah merasa puas dan berhenti ditengah jalan. Sebelum puncak itu diraih. Eksistensi sebuah harapan adalah untuk diraih bukan untuk ditunda. Walau hanya untuk camp, berhenti dan beristirahat ditengah perjalanan. Jangan pernah menjadi arus yang kecil, jadilah arus yang selalu menerjang setiap jalan, kuat untuk melewati medan apapun dimanapun dan kapanpun.
Jangan pernah menjadi awan yang selalu bergantung diangkasa dan lepas terbawa angin. Jadilah seorang pendaki yang mampu bertarung hingga tetes darah penghabisan, selalu menapak keatas, tetap tegar meski pukulan dan hantaman lawan terus menghujami langkah kita. Jangan pernah berhenti sebelum puncak itu diraih. Walaupun kita harus mati dihadang badai tapi kita tidak sedang menghadapi kematian yang konyol. Itu hanyalah salah satu alternatif dan jalan takdir kematian. Toh tidak seperti itupun setiap orang akan mengalami kematian. Tapi itu lebih baik dari pada kita menjadi seorang pengencut yang mati diketiak ibunya.
Pendakian akan melewati jalan ”rand mapp´yang terjal dan tak ayal kita akan terjatuh pada suatu waktu. Terluka, Terperangkap dalam masalah, terjerumus dalam lubang yang sama, tersesat atau Harus melewati jalur yang selalu berputar-putar, terjall dan licin. Dari situlah kita membutuhkan kompas, peta, protaktor sebagai navigasi agar kita tidak tersesat. Tersesat dalam jurang dan kegelapan tanpa cahaya. Kompas itu adalah ilmu, peta itu adalah kitab panduan, dan protaktor dapat sijadikan alat untuk mengukur, menilai, menganalisa dan menentukan titik koordinat dimana realitas posisi peta dan posisi sebenarnya. Protacor adalah jalan menuju kearah keyakinan. Keyakinan bahwa jalur yang dipilih adalah benar. Semua itu wajib dimiliki sebagai standar keamanan agar kita tidak mati konyol. Tapi yakinlah bahwa puncak itu penuh dengan harapan, keindahan,
Puncak adalah titik kepuasan kita memaknai hidup, puncak adalah cerminan jati diri dalam kita berproses, saat kita melewati langkah demi langkah, saat terjatuh, saat keringat mengucur bahkan, darah dan air mata yang kita korbankan hanyalah sebuah tumbal, itu hanyalah bagaia dari satu harapan akan sebuah mimpi yang akan kita raih.
Tapi ingat.. bahwa kita tidak selamanya harus berlari. Terkadang kala kita harus berhenti untuk mengambil nafas dan mengambil ancang-ancang kembali agar langkah kita tetap tegap kokoh disaat bangkit. Kita pun harus ingat, untuk segera mempersiapkan kembali mental dan jiwa kita untuk mengambil ancang-ancang agar dapat turun kembali kebawah. Kebawah adalah posisi yang tidak nyaman, dibwah adalah posisi yang penuh dengan cibiran, cemoohan, dan kadang terinjak-injak. Jika tidak, kita akan mati sia-sia terkena hipotermia ataupun terseret badai. Menjadi pesakitan karena tidak dapat menempatkan diri sebagai boss atau menjadi seorang leader. Karena roda kehidupan harus terus diputar, maka kita harus bersiap untuk memutar kembali langkah kita. Puncak yang merupakan prestasi dan tujuan tidak selamanya aman buat kita. Maka kita harus memiliki sistem imun sebagai perisainya.
Setiap pendaki ketika dipuncak gunung ia hanya menikmati seberapa detik dari ribuan menit yang ada, dia tidak akan terlena oleh keindahan dan hanyut dalam kepuasan parsial. Karena setiap detik dipuncak gunung mempunyai sepuluh kali resiko di lautan, dan seratus kali resiko di peradaban. Setiap detik dipuncak gunung berarti resiko telah mengintai baik dari suhu yang dingin, hujan, badai, kabut, belerang yang beracun, magma yang tiba-tiba muncul, bekal yang menipis, oksigen yang terbatas dan resiko terbesar adalah dari diri manusianya yang tidak memiliki mental seorang pemenang.
Miimpi tidak pernah tertunda. Tapi mimpi itu sedang berevolusi dan menjelma menjadi butiran atom yang halus. Takan nampak oleh mata. Mimpi itu akan menjadi nyata walaupun saat ini mimpi itu tak lagi hadir ditiap-tiap malam. Mimpi itu akan menjadi syair yang indah walaupun saat ini mimpi itu sedang tak mampu menciptakan bait syair yang syahdu. Bermimpilah... mimpi tentang sesuatu yang indah dan menjadi bunga tidur ditiap malam, biarkan dirimu terbang melayang, biarkan dirimu berada disana, untuk melakukan yang terbaik.
Di bawah jeratan mimpi” kita akan hidup, disanalah sarang para petarung akan menunjukan yang terbaik dan yang terkuat mengejar mimpinya. Kita tidak akan sadar bahwa cinta itu terus berevolusi dalam diri kita. Karena kita adalah sang pecinta, yang selalu akan mengejar birunya cita-cita dengan cinta. Kitapun tidak akan pernah tahu, bahwa takdir akan berpihak kepada setiap petarung yang bertarung dengan tangguh, jadi jangan salahkan takdir. Karena ia tidak akan ada jika ia tidak menginginkanya.
Kadang kala kita terjebak pada keinginan- keinginan itu.. keinginan yang tak pernah tahu dari mana sumbernya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar