Label

Rabu, 29 Februari 2012

DUGO Adventure: mYNOVELY

DUGO Adventure: mYNOVELY: Duniaku sempit PAgi yang bening, cerah dan berkilau diufuk timur. Embunyapun berwarna seperti pelang...

DUGO Adventure: Wisuda atau Wis_ suda (Memory 26-2-2011)

DUGO Adventure: Wisuda atau Wis_ suda (Memory 26-2-2011): Tampak sumringah,,tampak di muka mereka para wisudawan/i. nampak hiruk pikuk pula di aula tempat ritual Wisuda dilaksanakan. para orang tua,...

DUGO Adventure: KISAH Tulisan hari INI

DUGO Adventure: KISAH Tulisan hari INI: Tak dapat ide.. mentok.. lagi kenapa ya...? dipikir susah g dipikir g lumrah.. apa iya tetep kaya gini? mate gaya!!! Bukan gaya yang ntu, ta...

DUGO Adventure: DUGO's Adventure: KERINDUANKU PADA CANDU IDEALISM...

DUGO Adventure: DUGO's Adventure: KERINDUANKU PADA CANDU IDEALISM...: DUGO's Adventure: KERINDUANKU PADA CANDU IDEALISME (Hilangnya Ruh G... : "Jargon mahasiswa sebagai agent of chage seakan melepuh pasca terj...

Minggu, 26 Februari 2012

RINTIHAN DI PUCUK GUNUNG

Kembali melangkah....
ya! itulah pilihan terakhir... setelah badai dan kabut turun, berangsur-angsur siluet putih melintas di ujung timur. memanjang, berantai dan berarakan. menghantarkan sang kabut dan angin yang tiba-tiba riuh untuk kembali tenang. air keringatpun berubah menjadi buliran salju, menggumpal dan mengeras.. oksigen menipis, nafaspun mengerak berdahak tak beraturan.
sejenak aku menenangkan diri, bersandar dibatu putih tertata rapi natural, membentuk garis granit yang mempesona, garis-garis retak, melebar kekiri, mengembang...

Ahhh... perjalanan ini semakin sulit, sulit dilalui. berkali-kali aku terjatuh, terperosok, kini badaipun menantangku, bergerombol lagi !.. perjalanan ini seakan tanpa ujung. Tiap lorong yang selesai dilewati akan berganti lorong-lorong lainya. Setiap liku, cerukan, tikungan, punggungan telah berhasil ditempuh akan ada Puncak baru yang harus dilalui. lebih tinggi... tinggi... dan semakin tinggi.

Akankah ini akan berujung.....???
padahal... aku hanya mahluk lemah, kecil... dekil.. orang-orang pun tak pernah memandangku.aku mungkin hanya seonggok daging yang tergeletak dipinggir jalan. 

Angin kembali tenang.. kabut pun hilang, tiba-tiba. Sepertinya Tuhan membuka jalan untukku. menawarkan harapan. menawarkan semangat untuku. seperti menawakan segelas coklat panas ditempat ini.. h h h, Tuhan menawarkan segelas coklat panas???(edan). Dari sini aku melihat pucuk-pucuk kekuatan yang menjulang.. tinggi nan kokoh. Aku... harus melangkah.. tidak disini tempatku.. bersama batu-batu dan batangan pohon kering!
Satu langkah dua langkah.... tiga ...empat.. tak terasa aku berjalan ditempat sunyi ini. menyusuri batu-batu terjal.. melewati tanah merah yang licin...dua punggungan lagi.. aku sampai.
oh Tuhan... nafasku semakin berat..beban dipundaku seakan bertambah, terus dan terus bertambah. kaki-kakiku mungkin tak kuat lagi untuk sampai di batu HItam itu.? Lantas untuk apa aku berada disini??. kenapa tidak aku lanjutkan??

Air ini... seakan cipratan surga yang mengguyur tubuhku. satu teguk membasahi tenggorokan, dua teguk.. terasa basah perut ini. kenapa rasa air ini tidak dapat aku temukan selain ditempat ini.. padahal air ini bersumber dari cerukan yang menyimpan sedikit air hujan. tanpa perasa, pewarna, gula ataupun lainya. air ini seperti air susu ibuku... memberiku kehangatan disaat aku kedinginan  diwaktu hujan tiba. memberikan rasa kenyang saat laparku ditengah malam,  sehingga... waktu itu aku harus menangis untk membangunkan ibuku..
tiba-tiba aku rindu ibuku... seperti apa kabarnya saat  ini?? bapaku??
tiba-tiba aku ngelantur... mengigau, suhu tubuhku tidak normal tiba-tiba terasa panas... disni kan dingin!. kekhawatiran bertambah karena faktor kematian terbesar pada pendaki sedang mendekat kearahku.. jari-jariku sudah tidak terasa. apakah Hipotermia?? Hipoksia....ataukah ...hanya fikiranku yang tak dapat aku kontrol?.
Disini tak dapat aku temukan apapun..apalagi tempat berlindung,, aku harus tetap bergerak. mengerakan tubuhku. aku harus lari-lari meskipun hanya ditempat. aku harus bisa kontrol diri aku sendiri. Tak mungkin aku menemukan bantuan ditempat ini. mataku seakan membandul, berat.......jika aku tertidur matilah riwayatku.. membeku ditempat ini..
full energi...duh deneng ngantuk... siapa yang akan melanjutkan tulisan ini ???

LOYAL APA Royale..

 Ilustrasi tentang sebuah loyalitas dan kecintaan memang sulit diciptakan jika kepentigan belum dapat diterjemahkan pada konteks yang paling objektif. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk malakukan hal-hal yang persuasif dalam kehidupan apapun. Jika karakter building belum dapat diciptakan maka kita perlu menggenjot dengan cara yang persuasif pula. Hal ini agar kita tidak hanya melakukan reproduksi atau selalu melakukan imitasi tanpa berpikir yang lebih kontruktif.
Perlu paradigma baru dalam hal wacana keilmuan yang lebih luas, agar rand map  dapat dilewati dengan kecerdasan kita dalam melakukan orientasi dan pemahaman akan kelongaran berfikir.
Peranan seorang pemegang kekuasaan, dalam falsafah kontemporer tidak hanya melulu melakukan hal-hal yang bersifat klasik (instruktif dan koordinatif) tapi juga In Action. Atau kita tidak akan mampu memberikan nilai lebih pada bawahan. Daullah yang dibangunpun  harus berisi orang-orang yang punya intuisi dan integritas yang tinggi. Serta berkemampuan dalam mengelola konflik menjadi penyemaian yang subur bagi sebuah kedewasaan. Ini justru yang terpenting, pola pikir yang clasical harus dirombak dengan pola pikir yang lebih kritis dan mempunyai nilai bagi kontruksi pemikiran yang ada.
Integritas seseorang terlihat pada cara ia memandang sebuah masalah atau isu. Dengan objejktif dan luas. jika Hal ini dibaca dengan kaca mata yang lebih lebar dan dari sudut pandang yang berbeda. Orang yang cenderung menyalahkan orang lain adalah sakit dalam ilmu psikolkogi. Karena ia tidak mampu mengkolabiorasikan intuisi dengan daya pikir dan pola tingkah lakunya. Jika kita mengalami dehumanisasi maka kitapun akan kehilangan “wibawa”, karena humanisasi adalah trend untuk melancarkan sebuah aksi dan ide. Bukan lagi hanya sebagai alat untuk bertukar pikiran.
Dalam akar bawah (basis akar rumput) harus dapat mewujudkan bersama apa yang menjadi cita-cita. Bukan selalu menjadi penonton dan orang yang dibelakang. Akar rumput harus berada pada garda yang paling depan. Karena basis akar rumput merupakan objek yang akan selalu dilihat, dielus, diemong, bahkan ditampar. Akar rumput harus dapat menempatkan pada posisi “melayani” daulah. Bahkan akar rumput adalah objek penyemaian bagi konflik yang tujuanya adalah pembentukan Karakter buildings.
Income dari sebuah harga loyalitas tidak akan dapat dilihat, tetapi akan dapat dirasakan dalam setiap ruang. Income dari sebuah loyalitas adalah integritas diri. Dalam dunia kontemporer kita terlalu egois jika masih memakai cara berfikir konvensional, tradisional dan rasanya tidak ngeh gitu. Karena apa? Kita harus dapat menempatkan posisi kita secara profesional, dimana, pada waktu apa, dan dengan siapa?. Kita tidak bisa menyamakan ketika disebuah intitusi kemudian disamakan dengan keadaan ketika kita berada dirumah kita, lingkungan kita, atau sosial masyarakat kita. Jika kita dirumah, kita adalah orang yang dianggap “terhormat” karena “warisan” nenek moyang, atau orang yang justru termarjinalkan. Belum tentu pada dunia lain ia akan demikian. Karena, dunia dimana kita berada, dia yang akan membaca diri kita, bagaimana diri kita menciptakan diri kita sendiri disitulah dunia akan menilai. Jadi kita harus dapat menghilangkan nilai transformatif tradisional kepada nilai yang terbuka bagi siapa saja untuk melihat kita. Ini loh saya.. tanpa ada embel-embel warisan atau titah nenek moyang.
Saya akan mencoba menuliskan apa yang di tulis Ahmad Dahlan. Bahwa nilai progresifitas berasal dari nilai kita berfikir kontruktif, transformatif, dan imajinatif. Seseorang akan progres jika daya imajinasi ia kuat, kemudian ia transformasikan dalam bentuk tindakan. Ini sejalan dengan gagasan politik Gramchi bahwa mahasiswa adalah organic intellectual.
Kemudian saya teringat akan kata-kata seorang filsuf Yunani. Entah siapa namanya. Saya lupa. Pada dasarnya manusia tidak dapat menciptakan sebuah daya,energi atau atom. Tetapi manusia bisa mengembangkan dari satu partikel atom tersebut, yang kemudian dikembangkan menjadi ribuan sel atom. Intinya adalah. Kun fayakun adalah hanya milik Tuhan. Tetapi manusia dengan daya kreatifitas otak kirinya dapat mengembangkan dari satu kun fayakun menjadi ribuan nilai kun fayakun.
Kembali keatas.. Daulah terbangun, pada dasarnya dari sebuah paradigma dari penghuni daulah tersebut. Bukan orang lain atau bahkan Jengis Khan pembuat kanal darah ditimur tengah. Jika paradigma “orang dalam” masih memakai kaca mata kuda, maka yang terlihat hanyalah pantatnya, ekornya, atau hanya giginya. +la wong sekarang zamanya reformasi ko masih make OrLa, alias orde lama. Sekarang orang sudah pake lampu blitz ko kita masih pake teplok. Jelas akan kelihatan runyam-runyam, bahkan bayangan sendiripun akan terlihat seperti hantu ngesot.
Pertama yang harus kita lakukan adalah, penguatan akar rumput. Banyak bedah buku, kitab, diskusikan dengan panellis. penguatan wacana kontemporer, tumpahkan kreatifitas dalam wadah (itu hanya contoh:pikir dewweek). Kemudian aduk untuk menjadi kue. Tidak setengah-setengah intine.
Kedua Road Map, petakan jalan organisasi ke satu arah. Untuk satu periode, kita perlu prioritaskan dengan matang-matang bidikan yang akan kita sentuh. Bukan hanya menjadi seremonial, tapi konstruksional. Dan orang yang memegang sistem harus sadar.
Katiga pergunakan isu sebagai Rekayasa Sosial, ingat kita perlu isu yang kontruktif dan semua isu akan kontruktif bagi mereka yang dapat mengelolanya. Jangan pake isu murahan, dan kita besar-besarkan sesuatu yang sesungguhnya kecil.
Organisasi sejatinya sangat mirip dengan manusia. Bukankah pada hakekatnya organisasi adalah sekumpulan manusia dengan tujuan, sistem, struktur dan kultur  tertentu ? Nah, agar organisasi berkembang dan memiliki keunggulan kompetitif,  organisasi mesti mempunyai tradisi sebagai organisasi pembelajaran (learning organization) dan mempunyai  kemampuan untuk mengelola pengetahuan (knowledge management) dengan baik. 
Dalam organisasi pembelajaran (learning organization), komitmen dan kapasitas belajar ditumbuhkan secara berkesinambungan bagi seluruh anggota di tiap tataran organisasi. 

Dalam sebuah kelompok maupun individu Integritas seseorang terlihat pada cara ia memandang sebuah masalah atau isu atau konflik Dengan objektif dan luas. jika Hal ini dibaca dengan kaca mata yang lebih lebar dan dari sudut pandang yang berbeda. Maka kita akan melihat yang namanya warna dari sebuah perbedaan, konflik, dan perdebatan kepentingan. Orang yang cenderung menyalahkan orang lain adalah sakit dalam ilmu psikologi. Karena ia tidak mampu mengkolabiorasikan intuisi dengan daya pikir dan pola tingkah lakunya. Jika kita mengalami dehumanisasi maka kitapun akan kehilangan “wibawa”, karena humanisasi adalah trend untuk melancarkan sebuah aksi dan ide. Bukan lagi hanya sebagai alat untuk bertukar pikiran.

Dalam akar bawah (basis akar rumput) harus dapat mewujudkan bersama apa yang menjadi cita-cita. Bukan selalu menjadi penonton dan orang yang dibelakang. Akar rumput harus berada pada garda yang paling depan. Karena basis akar rumput merupakan objek yang akan selalu dilihat, dielus, diemong, bahkan ditampar. Akar rumput harus dapat menempatkan pada posisi “melayani” daulah. Bahkan akar rumput adalah objek penyemaian bagi konflik yang tujuanya adalah pembentukan Karakter buildings.

Income dari sebuah harga loyalitas tidak akan dapat dilihat, tetapi akan dapat dirasakan dalam setiap ruang. Income dari sebuah loyalitas adalah integritas diri. Dalam dunia kontemporer kita terlalu egois jika masih memakai cara berfikir konvensional, tradisional dan rasanya tidak ngeh gitu. Karena apa? Rotasi bumi harus terus diputar dan kita, harus dapat menempatkan posisi kita secara profesional, dimana, pada waktu apa, dan dengan siapa?. Kita tidak bisa menyamakan ketika disebuah intitusi kemudian disamakan dengan keadaan ketika kita berada dirumah kita, lingkungan kita, atau sosial masyarakat kita. Jika kita dirumah, kita adalah orang yang dianggap “terhormat” karena “warisan” nenek moyang, atau orang yang justru termarjinalkan. Belum tentu pada dunia lain ia akan demikian. Karena, dunia dimana kita berada, dia yang akan membaca diri kita, bagaimana diri kita menciptakan diri kita sendiri disitulah dunia akan menilai. Jadi kita harus dapat menghilangkan nilai transformatif tradisional kepada nilai yang terbuka bagi siapa saja untuk melihat kita. Ini loh saya.. tanpa ada embel-embel warisan atau titah nenek moyang.

Saya akan mencoba menuliskan apa yang di tulis Ahmad Dahlan. Bahwa nilai progresifitas berasal dari nilai kita berfikir kontruktif, transformatif, dan imajinatif. Seseorang akan progres jika daya imajinasi ia kuat, kemudian ia transformasikan dalam bentuk tindakan. Ini sejalan dengan gagasan politik Gramchi bahwa mahasiswa adalah organic intellectual.
Kemudian saya teringat akan kata-kata seorang filsuf Yunani. Entah siapa namanya. Saya lupa. Pada dasarnya manusia tidak dapat menciptakan sebuah daya,energi atau atom. Tetapi manusia bisa mengembangkan dari satu partikel atom tersebut, yang kemudian dikembangkan menjadi ribuan sel atom. Intinya adalah. Kun fayakun adalah hanya milik Tuhan. Tetapi manusia dengan daya kreatifitas otak kirinya dapat mengembangkan dari satu kun fayakun menjadi ribuan nilai kun fayakun.

Kembali keatas.. Daulah terbangun, pada dasarnya dari sebuah paradigma dari penghuni daulah tersebut. Bukan orang lain atau bahkan Jengis Khan pembuat kanal darah ditimur tengah. Jika paradigma “orang dalam” masih memakai kaca mata kuda, maka yang terlihat hanyalah pantatnya, ekornya, atau hanya giginya. +la wong sekarang zamanya reformasi ko masih make OrLa, alias orde lama. Sekarang orang sudah pake lampu blitz ko kita masih pake teplok. Jelas akan kelihatan runyam-runyam, bahkan bayangan sendiripun akan terlihat seperti hantu ngesot.

Pertama, yang harus kita lakukan adalah, penguatan akar rumput. Banyak bedah buku, kitab, diskusikan dengan panellis. penguatan wacana kontemporer, tumpahkan kreatifitas dalam wadah (itu hanya contoh:pikir dewweek). Kemudian aduk untuk menjadi kue. Tidak setengah-setengah intine.
Ke-dua. Petakan jalan organisasi ke satu arah. Untuk satu periode, kita perlu prioritaskan dengan matang-matang bidikan yang akan kita sentuh. Bukan hanya menjadi seremonial, tapi konstruksional. Dan orang yang memegang sistem harus sadar.
Ke-tiga, pergunakan isu sebagai Rekayasa Sosial, ingat kita perlu isu yang kontruktif dan semua isu akan kontruktif bagi mereka yang dapat mengelolanya. Jangan pake isu murahan, dan kita besar-besarkan sesuatu yang sesungguhnya kecil. Dzolim.kwe
Ke-empat, gunakan analisi SWOT (Streigh/Kekuatan, Weakness/Kelemahan, Oportunity/Peluang, Treat/ancaman) 

Gua dan Matahati

Gua bukan sekadar gelap. Tapi, panjang dan banyak stalagmit, stalaktik, guarduan, kelelawar, dan serangga. Harus punya kesiapan lain di luar perbekalan alat, Seperti teknik SRT, teknik berjalan di dalam gua ataupun kecepatan dalam membaca fenomena dalam gua. Di zona Gelap abadi tak satu pun benda yang tampak dari luar, semuanya gelap. Tapi kadang tak disangka pula bahwa gua memiliki fenomena unik dalam proses pembentukan ornamen didalamnya. Maka tak heran jika di dalam gua kitapun akan menemukan fenomena unik dan luar biasa yang tak dapat di temui di luar gua.

Maka ketika di dalam gua pun kita bisa keasyikan. Sayangnya keasikan  itu menghilangkan kesadaran. Bahwa kita  harus melewati gua itu dengan selamat dan tepat waktu. Bahkan kita tidak lagi tahu sudah di mana rekan seperjalanan kita. Terus berpindah dari satu panorama ke panorama lain, dari satu keindahan ke keindahan lain. Ia terlena dengan keindahan di sekelilingnya.

"…dalam gelap, aku tidak lagi mau mengandalkan mata zhahir. Mata batinkulah yang kuandalkan. Dari situ, aku bisa merasakan bimbingan hembusan angin dari ujung gua, kelembaban cabang jalan gua yang tak berujung, batu besar, dan desis ular yang tak mau diganggu,"...

Sebagian dari kita, suka atau tidak, harus menempuh rute jalan yang gelap, lembab, dan penuh jebakan. Sayangnya, tidak semua mampu.menyiapkan bekal secara pas dan aman. Kita kadang terjebak dengan kelengkapan alat. Atau terjebak pada kelengkapan sarana atau fasilitas, juga kekayaan. Dan, melupakan bekalan lain yang jauh lebih jitu dan berdaya guna: kejernihan mata hati.

Matahati adalah alat kita untuk melewati gua-gua kehidupan yang gelap, penuh liku tapi begitu mempesona, dan melenakan. Matahati adalah alat penerang kita untuk mengarungi gua-gua kehidupan yang kadang curam, melewati duck, sump maupun ruang belantara seperti chamber. 
Maka dari itu kita perlu Memperhatikan setiap detail lorong, Saling mengingatkan satu sama lain Tetap menjaga keindahan gua, Tidak perlu panik bila bertemu binatang dan yang terpenting Hati - hati dengan kubangan.  Nah bagaimana dengan Matahati kita?/
saya juga tidak tahu.... heheee