Label

Minggu, 26 Februari 2012

RINTIHAN DI PUCUK GUNUNG

Kembali melangkah....
ya! itulah pilihan terakhir... setelah badai dan kabut turun, berangsur-angsur siluet putih melintas di ujung timur. memanjang, berantai dan berarakan. menghantarkan sang kabut dan angin yang tiba-tiba riuh untuk kembali tenang. air keringatpun berubah menjadi buliran salju, menggumpal dan mengeras.. oksigen menipis, nafaspun mengerak berdahak tak beraturan.
sejenak aku menenangkan diri, bersandar dibatu putih tertata rapi natural, membentuk garis granit yang mempesona, garis-garis retak, melebar kekiri, mengembang...

Ahhh... perjalanan ini semakin sulit, sulit dilalui. berkali-kali aku terjatuh, terperosok, kini badaipun menantangku, bergerombol lagi !.. perjalanan ini seakan tanpa ujung. Tiap lorong yang selesai dilewati akan berganti lorong-lorong lainya. Setiap liku, cerukan, tikungan, punggungan telah berhasil ditempuh akan ada Puncak baru yang harus dilalui. lebih tinggi... tinggi... dan semakin tinggi.

Akankah ini akan berujung.....???
padahal... aku hanya mahluk lemah, kecil... dekil.. orang-orang pun tak pernah memandangku.aku mungkin hanya seonggok daging yang tergeletak dipinggir jalan. 

Angin kembali tenang.. kabut pun hilang, tiba-tiba. Sepertinya Tuhan membuka jalan untukku. menawarkan harapan. menawarkan semangat untuku. seperti menawakan segelas coklat panas ditempat ini.. h h h, Tuhan menawarkan segelas coklat panas???(edan). Dari sini aku melihat pucuk-pucuk kekuatan yang menjulang.. tinggi nan kokoh. Aku... harus melangkah.. tidak disini tempatku.. bersama batu-batu dan batangan pohon kering!
Satu langkah dua langkah.... tiga ...empat.. tak terasa aku berjalan ditempat sunyi ini. menyusuri batu-batu terjal.. melewati tanah merah yang licin...dua punggungan lagi.. aku sampai.
oh Tuhan... nafasku semakin berat..beban dipundaku seakan bertambah, terus dan terus bertambah. kaki-kakiku mungkin tak kuat lagi untuk sampai di batu HItam itu.? Lantas untuk apa aku berada disini??. kenapa tidak aku lanjutkan??

Air ini... seakan cipratan surga yang mengguyur tubuhku. satu teguk membasahi tenggorokan, dua teguk.. terasa basah perut ini. kenapa rasa air ini tidak dapat aku temukan selain ditempat ini.. padahal air ini bersumber dari cerukan yang menyimpan sedikit air hujan. tanpa perasa, pewarna, gula ataupun lainya. air ini seperti air susu ibuku... memberiku kehangatan disaat aku kedinginan  diwaktu hujan tiba. memberikan rasa kenyang saat laparku ditengah malam,  sehingga... waktu itu aku harus menangis untk membangunkan ibuku..
tiba-tiba aku rindu ibuku... seperti apa kabarnya saat  ini?? bapaku??
tiba-tiba aku ngelantur... mengigau, suhu tubuhku tidak normal tiba-tiba terasa panas... disni kan dingin!. kekhawatiran bertambah karena faktor kematian terbesar pada pendaki sedang mendekat kearahku.. jari-jariku sudah tidak terasa. apakah Hipotermia?? Hipoksia....ataukah ...hanya fikiranku yang tak dapat aku kontrol?.
Disini tak dapat aku temukan apapun..apalagi tempat berlindung,, aku harus tetap bergerak. mengerakan tubuhku. aku harus lari-lari meskipun hanya ditempat. aku harus bisa kontrol diri aku sendiri. Tak mungkin aku menemukan bantuan ditempat ini. mataku seakan membandul, berat.......jika aku tertidur matilah riwayatku.. membeku ditempat ini..
full energi...duh deneng ngantuk... siapa yang akan melanjutkan tulisan ini ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar