5 VULCANO
Saat itu kaki kami telah jauh melangkah, terseok-seok penuh dengan cucuran keringat. serasa semakin dingin karena kabut yang turun semakin tebal menutup jalur pendakian kami. Saat itulah adrenalin kami dipacu untuk sampaipada sebuah puncak, puncuk gunung, puncukyang menurut sebagian orang adalah sesuatu yang sia-sia untuk dilakukan. Kegunung berarti mati muda sia-sia. Padahal disanalah kami merasakan kelembutan dan kehangatan dibalik ganas dan tingginya gunung, disanalah kami belajar menghargai hidup, disanalah kami menghargai kebersamaan, dan disanalah kami belajar sebuah perjuangan. Dialam bebas yang membelantara itu telah menciptakan kami menjadi seseorang yang kuat dan menjadi seorang fighter, bukan menjadi manusia manja dan senang memanjakan diri. Dari gunung tinggi itulah kami belajar menghargai takdir dan alam ini.
Disaat tenaga kami telah terkuras oleh keindahan ciptaan tuhan, yang membelantara, yang tanpa batas, yang dingin, dan yang ganas. Ditempat tinggi yang bersahaja lagi teduh itu, kami harus terus berjalan mendaki lereng dan bukit yang semakin terjal terlihat tanpa akhir, semakin jauh kami berjalan semakin berat medan yang harus kami lalui. Sungguh hutan yang rimbun lagi sepi. hanya suara binatang kecil dan lutung yang dapat kami dengar, sesekali kicauan burunpun terdengar sayup-sayup dari balik rerimbunan rumput yang menjulang tinggi dan berakar kuat. Menancap kebumi menyimpan ribuan galon buliran air. Kemudian mengalirkanya ketepaian sungai, meresap kedalam sumur-sumur, sawah dan rawa-rawa. Sehingga setiap mahluk hidup lainya dapat hidup penuh dengan kemakmuran. Seperti itulah sang pendaki, seperti rumput yang menjulang tinggi dan menancap kuat kebumi. Memberi nilai untuk lainya.
Sampailah kami di pos 4 pada pukul 17.00. Setelah kami berjalan lebih dari 5 jam dari pos 1 pendakian. Yang dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak yang masih terlihat landai dan penuh dengan pohon Damar yang gagah menjulang tinggi. Pohon-pohon damar itu penuh sadapan disetiap batang pohonya. Para penduduk sekitar menyadap dan mendapatkan upah sebagai alternatif untuk melanjutkan hidup. Jalan yang berkelok dan menanjak mulai kami lewati, setelah pos pertama. Sampailah di pos dua yang mempunyai selter yang cukup lebar. Sayangnya disitu terkenal angker penuh dedemit. Konon ceritanya dihutan itu adalah tempat pembantaian anak negeri pada jaman belanda hingga kasus DI TII, disebelah timur dulunya terdapat lapangan yang luas. tapi sekarang tempat itu telah berubah menajdi hutan belantara dan pohon Damar yang usianya sudah cukup tua. Dipos dua terdapat mata air yang cukup dekat dari shelter. Sehingga pendaki biasanya mengisi perbekalan air disitu untuk perbekalan sampai diplawangan baturaden. Mata Airnya cukup kecil tapi tidak pernah berhenti mengalir, hal ini dikarenakan vegetasi tumbuhan diwilayah tersebut masihlah terjaga, hingga bebatuan disitupun cukuplah licin. sudah dapat dipasstikan siapa yang mengijakan kakinya disitu, pantat harus siap untuk mencium sang batu kali yang cukup licin.
Setelah Raja dan Edi mengambil perbekalan air secukupnya, mereka mengisi perut dengan sepotong roti ditambah satu sendok selai kacang, satu mangkuk mie instan dan segelas susu coklat, cukup untuk menopang tenaga mereka sampai di pos 4.
Pergerakan akhirnya kembali dilanjutkan. Jalur yang dilewati mulai menanjak dan rimbun. Lumut-lumut pohon bergelantungan dan menjalar kesana kemari. Hal ini menunjukan bahwa usia hutan itu cukuplah tua, vegetasi disitupun semakin beraneka ragam, bahkan keeksotisan bunga liar mekar tanpa ada yang menjamah akan dapat dijumpai diantara gelondongan pohon yang tumbang. Lumut yang mengikuti alur angin, sehingga mirip stalaktit yang tumbuh didalam gua. Kawasan hutan heterogen ini memanjakan perjalanan kami, sehingga nafas yang berat tidak terasa serasa tak terbayarkan. Kami berjalan disebuah punggungan, sementara dikanan kiri terlihatlah lembahan yang cukup curam. Kami persis berjalan diantara lembahan, sesekali naik punggungan yang sempurna tanpa membuat pecahan dan Punggungan baru. Karena memang kontur peta dijalur ini cukup rapat dan melengkung membentuk huruf V,
Sesekali kabut turun menyelimuti jalur. Hos hos.. terdengar suara nafas mereka yang terpenggal-penggal. Seakan carier yang berada dipundak mereka bertambah bebanya hingga membuat perjalanan serasa makin berat. Beberapa kali mereka harus merangkak karena terdapat pohon tumbang yang menghadang ditengah-tengah jalur, ataupun mereka harus melewati jalur tikus yang cukup panjang membentuk lorong seperti gua. Sengaja jalur ini tidak dibuka untuk menambah keeksotisan jalur pendakian ini.
Sejenak mereka istirahat untuk kembali mengatur nafas dan sekedar meluruskan kaki-kaki mereka. Mata mereka tidak pernah diam jelalatan menelisik setiap inci yang ada didepan mereka. Perjalananpun tidak terasa melelahkan karena mereka selalu menemukan cara baru agar mereka tidak bosan disetiap perjalanan. Sementara Raja sebagai guide harus memberikan pelayanan yang memuaskan kepada kawan-kawan mereka. Sekaligus bertanggung jawab atas keselamatan mereka. Cuaca sepanjang pendakian tidaklah menentuk, terkadang kabut turun sangat tebal, tiba-tiba panas, dan tiba-tibapun turun hujan dan petir. Itulah alam yang tidak pernah dapat ditaklukan. Untunglah mereka sudah mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi, sehingga kesalahan dalam pendakian dapat dikurangi. Alam tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk bertindak bodoh dengan melawanya dengan kenekatan tanpa safety prosedur. Alam liar tidak akan dapat ditaklukan, kita hanya mengimbanginya dengan mempersiapkan segalanya dengan matang.
Matahari telah malu-malu bercahaya menembus putih tebal sang kabut. Jalur baturaden adalah jalur yang masih jarang digunakan pendaki. Karena jalur resmi berada di jalur Bambangan masuk daerah Mratin Purbalingga. Karena waktu telah sore dan perjalanan tidak mungkin dilanjutkan dimalam hari karena terlalu banyak resiko dan salah jalur hingga tersesat maka pergerakan dihentikan. Dan bermalam dishelter pos 4.
Setelah kami memBuka dome dan membongkar seluruh packingan karier, dan menemukan sebuah shellter yang cukup luas untuk memasang tenda. Kamipun berbagi tugas. Semua bekerja sesuai dengan koridor yang telah ditentukan. Setalah semuanya selesai, dimulai dari perapian sebatas untuk mengusir binatang buas dan penghangat, flysheet antisipasi jika hujan, sleping bag yang sudah tertata rapi, dan juga menu makan yang standar karbohidratnya pas untuk dikonsumsi. Sampailah pada waktu istrihat itu yang kita tunggu.
Si Edi lelaki berkulit gelap, berambut keribo dari lombok yang selalu cuap-cuap dengan logat khasnya membuat rame suasana. Sigura dari lombok, perempuan imut, dia adalah satu-satunya perempuan yang ikut pendakian ini. Budi lelaki pendiam sekaligus misterius dan rizal sosok anak muda yang agresif semuanya dari Gpr Unram sengaja mereka kesini untuk mendaki keagungan gunung Selamet, dengan ketinggian diatas 3000 meter diatas permukaan laut. Gunung slamet adalah gunung berapi aktif yang terkadang masih mengeluarkan magma dan belerang mematikan. Maka setiap pendaki jika ingin melintasi dua jalur yang melewati area kawah keluarnya belerang harus faham betul kapan belerang muncul dan menguap, sehingga kerongkongan tidak akan berasa kering, mual-mual dan disertai pusing. Masker harus disiapkan sebagai salah satu standar keselamatan pendaki. Disamping itu jaket, sarung tangan, dan sepatu standar gunung hutang harus disiapkan. Karena suhu dipuncak pada waktu tertentu dapat mencapai -3 derajat celcius bahkan lebih.
”Gimana ni persediaa air? Gura sedikit khawatir.
”Tenang bos masih ada 10 liter. Cukup untuk sampai dipuncak. Raja menjawab dengan meyakinkan. Sebenarnya 10 liter lebih dari cukup tapi untuk sampai di Plawangan saja. Hanya saja Raja tidak ingin membuat temanya itu khawatir.
”tapi kita harus memanagemen betul penggunaan air. jika masih kurang, nanti kita bisa cari di cerukan sebelah timur dari Plawangan. Sekalian kita full pack buat pergerakan turun, soalnya untuk jalur Guci nanti tidak akan ditemukan mata air lagi. Kalo musim hujan gini pasti banyak air tertinggal dicerukan. Cukup buat mandi kalian bertiga. Tapi kita harus turun kelembahan yang curam, dicerukan bebatuan itu biasanya ada genangan air. Biarpun disitu sudah tidak ada lagi tumbuhan tapi batuannya dapat menyimpan air hujan. Tu si edi udah berapa hari tidak mandi sekalian nanti mandi disana.
”Biarpun tidak mandi, sigura masih suka nempel-nempel terus tu, ha ha.
”Yeee. Enak ja ! aku deket2 kamu kan ada maunya.. inilah karier berat banget, na.. maksud aku kamu yang bawain.
”Sembarangan ja kamu ma senior. Senior lu tu.. si Rizal mambalas dengan cepat,
Setelah suasana mencair dan ngalor ngidul bercanda, akhirnya gerimims menghentikan semua aktifitas kami. Dan terpaksa kita bobok rada cepat pada malam itu. Dan kamipun berdesak-desakan di dalam dome yang sempit kapasitas 4. Malam kian larut, terdengar di sebelah kanan kiriku suara dengkuran yang saling bersambut hingga aku terjaga dari kegelapan. Aku melongok keluar, ternyata hujan telah berhenti dan langit yang cerah memperlihatkan bintang yang membentuk gugusan layang-layang. Tapi diluar sangatlah Sepi dan sunyi, sesunyi jiwa dan perasaanku yang merindukan seseorang untuk hadir saat itu..... sedikit aku pejamkan mataku untuk menilik kembali goratan wajahnya yang tersimpan dibalik hati. Tapi..... aku tau kau bukan untuk diriku..... ah aku buang semua itu bersama hilangnya suara binatang dihutan ini.
Aku terbangun setelah panas matahari merobek dinding-dinding kabut dan menembus cover dome yang berlapis. Dan akhirnya aku keluar, mempersiapkan segelas susu coklat, dan sebatang rokok. aku duduk dipotongan kayu yang telanjang karena ulah tangan manusia. Aku melihat ke arah barat yang luas. Dan ternyata indah.... luar biasa tanpa batas. Aku merasa bahwa diri ini sangatlah kecil dibandingkan dengan alam ini. Manusia sangatlah dzalim jika mereka sombong menganggap dirinya adalah orang yang paling dibanding lainya. Manusia tidak pernah sadar bahwa mereka tidak akan mampu menaklukan alam ini, sebelum manusia dapat menaklukan nafsu diri mereka sendiri. Dan kami kemari bukanlah untuk menaklukan alam ini. Tapi kami mendaki adalah untuk menaklukan emosi dan egoisme pribadi. Petualangan kami bukanlah untuk memusuhi musuh kami, tapi untuk peduli pada musuh-musuh kami. Kami adalah minoritas yang survive diantara mayoritas yang mencibir kami. Mereka mencibir dan mengangkat dagu mereka karena mereka tidak pernah tahu dan mengalami apa yang para petualang dapatkan dialam liar ini.
Sambil menghangatkan badan dibawah sinar matahari yang meluncur runcing melewati celah dedaunan. Aku menyalakan sebatang rokok yang menemaniku sejak dahulu aku kecil, ditambah secangkir coklat panas, telah membangkitkan kembali adrenalin kami untuk menyatu dan melebur dengan hutan ini. Alam ini telah mendidik kami. Menjadi Mandiri, mental yang kuat dan rasa percaya diri yang penuh, telah mengalir dalam darah kami. Keganasan alam ini telah mengajariku kesabaran, serta kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan setiap keputusan. Karena alam liar ini akan melibas dan menghancurkan, jika kita tidak dapat berfikir dengan cepat dan tepat. Yang dibutuhkan bukan saja kepercayaan diri namun juga kepandaian dalam menganalisa kondisi yang setiap detik dapat berubah-ubah.
”eeh bangun pagi betul kamu ja?? Gura bangun pertama, dan Budi terlihat menggeliat setelah mendengar percakapan kami.
”coklat panas nih mau? Lumayan buat penghangat, waduuuh gila semalam tidur pada niup terompet kenceng-kencengan.
”Ngorok maksud loe?? Ha ha.. kebiasaan Bang, Budi dan Edi tuh. Kalo ga ngorok mereka tidak bakalan tidurnya kaya sekarang. Lihat aja tuh bang... udah siang gini masih ngelingker di dome.
”hemmm nikmat sekali air ini. Karena untuk membuatnya saja kita butuh perjuangan. Rasanya sangat berbeda ketika kita hanya tinggal bayar dicave. Rasanya lebih dari sempurna,
”mau dunk bang he he.. ya iyalah disini kan uang tidak laku. Tidak ada lagi strata sosial ditempat ini. Yang ada ya kerja sama. Betul??
”betul betul betul...
”eh gelang prusik itu bukan dari orang yang spesialkan?? Kalo bukan berarti aku harus memilikinya. Hayoo sini, aku tuker deh dengan gelang dari baduy ni asli dari akar.
”boleh. Mana gelang kamu?
”waduh ketinggalan di sekre berrti bang, di tas tidak ada.
”berarti kalo gitu.. aku ngsihnya pas kita turun nanti. Soalnya tidak ada jaminan kalo kamu tidak bohong. Ha ha
”alah abang ini. Ya udah kalo gitu. Aku bangunin yang lainya dulu bang udah siang.
Suasana hutan ternyata sedikit dapat melupakanya. Melupakan kekasih yang selalu ia gandrungi. ”ternyata sedikit demi sedikit aku bisa melupakanya.” Akhirnya packing dan bergerak ke Plawangan kembali dilanjutkan.
Dari jalur ini nanti kita akan bertemu dengan jalur Kali Wadas. Dari pertigaan tersebut nanti sudah kita temui bunga abadi edelweis sepanjang jalur hingga area camp Plawangan. Bunga endemik ini berwarna putih salju, berbulir kecil dan bergerobol membentuk gugusan yang indah. Daunya berwarna hijau muda dan bertulang kecil, membentuk lengkungan yang meruncing mirip jari-jari Rumini. Bunga unik ini hanya tumbuh diatas ketinggian 3000 MDPL. jenisnyapun bermacam-macam digunung lain bunga edelweis berwarna kuning cerah. Sebelum masuk pertigaan, buah strowberi hutanpun akan ditemukan tumbuh liar bersama-sama rumput yang setinggi dada orang dewasa. Buahnya berwarna merah darah, rasanya sedikit asam, ketika memetik buah ini harus hati-hati karena tangkainya berduri dan biasanya bergerobol diantara semak-semak yang tumbuh diantara lereng jurang. Bisa-bisa jika kurang hati-hati kaki akan terperosok dan tergelincir masuk kejurang yang cukup dalam. Dari pertigaan jalur baturaden-Kaliwadas pergerakan tinggal sekitar 15 menit untuk sampai dipelawangan. Anehnya disitu justru banyak ditemukan burung-burung, dari yang berukuran kecil mungil hingga yang berukuran burung dara. Burung rajawalipun biasa berputar-putar lepas diangkasa. Meliuk dan mengepakan sayap dengan liar. Sayangnya jenis burung ini sudah sangat terbatas jumlahnya.
Setelah semalam diguyuir gerimis daitambah kilatan dan petir yang terus menyambar-nyambar sekitar pukul 03.00 dini hari hujan berhenti dan langit terlihat cerah kembali. Bintangpun telah kelihatan seperti semula. Raja terbangun karena tetesan air jatuh tepat di dahinya. Ternyata dome yang telah di tambah satu flysheet masih tembus. Apalagi udara dinginya pasti akan masuk jika tidak ada fleysheet itu.
Raja mengambil botol air dan peralatan masak. Setelah memasukan air dalam nesting dan menyalakan kompor ia memasak air untuk bekal perjalanan kepuncak nanti. Meskipun hujan sudah berhenti ternyata petir masih sesekali menyambar dan garis putih vertikal jatuh memciptakan suasana yang heroik.
Rizal mulai bergerak-gerak kakinya, ternyata sb yang dipakainya telah tergulung kesamping menutup kaki si Edi. Pantesan saja Rizal selalu merasa kedinginan. Daripada kedinginan lebih baik Raja membangunkanya sekaligus membantu menuangan air yang telah mendidih dalam tabung khusus agar air tetap terjaga kehangatanya.
”dikasih apa nih bang airnya? Masa air putih. Rizal mencoba menawarkan alternatif bagi raja.
” terserah selera kamu pa zal kalo memang mau.
” oya zal kalian bawa oxycan kan? Antisipasi nanti kalo ada apa-apa. Mudah-mudahan hari ini cuaca mendukung. Kalo nanti pergerakan bisa dimulai minimal pukul 6 cuaca masih bersih dipuncak. Perjalanan dari sini kira-kira dua sampai tiga jam. Satu jampun sampai sih tapi melihat kondisi temen2 kayanya kita harus berangkat pagi. Biar nanti bisa berjalan dengan pelan dan aman.
”apa saya bangunkan saja mereka bang? Biar sekalian packing. Kita juga ngejar sun set neh, masa jauh jauh tidak dapat moment di puncak tertinggi dijawa tengah.
”nanti ja. Mereka terlihat sangat kelelahan. Di 3 punggungan terakir tadi medanya sangat menguras tenaga. Mirip jalur bukit penyesalan di Rinjani zal. Lagian masih sedikit gerimis biar mereka selesaikan mimpinya dulu. Mungkin sekarang mereka sedang memimpikan tidur berendam di air hangat. Hiks.
”susah bangunya bang. Butuh sejam buat mereka melek. Pas kalo kita mulai ganggu tidur mereka mulau dari sekarang. He he
suasana didalam dome sangat kontras dengan rumini yang sedang menghabiskan malamnya ditempat hingar bingar. Berjingkrak-jingkrak, kadang manggut-manggut kadang juga ngelantur omonganya. Music yang berfolume keras telah membuat tuli jika ada nasehat yang masuk ketelinganya. Ia menikmati kehidupanya tanpa memperdulikan orang lain.
”pukul 03.30 mereka memulai packing segala perlengkapan yang ada. Tidak ada yang tertingal bahkan satu bungkus permen. Cahaya mulai terlihat memancar dicelah batu yang menjulang. Merekapun percepat aktifitasnya dengan tetap menahan dingin. Sebagai pemanasan mereka merenggangkan otot-otot kaki dan tangan, tidak lupa bagian kepala dan muka pun turut direnggangkan dengan memutar dan menganggukan kepala. Setelah selesai. Semua carier telah siap dipunggung masing-masing. Senter, masker dan sarung tangan telah dipersiapkan. Tidak lupa air dan makanan ringan telah ditempatkan pada posisi yang paling mudah untuk di ambil sehingga tidak perlu membuka seluruh isi carier.
Raja memakai sepatu tracking warna coklat berjinggel, dibungkus guiter menutup hingga betis, berjaket khusus, carier yang tertata rapi dan seimbang. Tidak lupa rain coat telah dipersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi hujan yang tiba-tiba. Semuanya telah bersiap. Raja sebagai guide berada dipaling depan. Dibelakangnya Edi, Gura, Rizal dan Budi. Mereka berjalan meninggalkan plawangan dan telah melewati batu besar pertama yang merupakan tanda jalur ke arah puncak itu tertuju. Selanjutnya sebagai penunjuk arah jalur hanya tumpukan batu kecil yang bertata tiga susun atau empat. Seterusnya hingga kearah puncak 3428 mdpl.
Sepuluh menit pertama kondisi tubuh belum beadaptasi dengan sempurna, ini telihat dari gura dan rizal yang nafasnya sedikit berat dan hidungpun meler seperti pilek dikala musim hujan. Rajapun seperti itu. Karena memang oksigenpun sudah menipis pada ketinggian seperti itu.
”Budi. Air-air haus neh..
”sungai tuh bawah edi menimpali permintaan budi dengan meledek. Akhirnyapun edi memberikan botol air yang telah dipersiapkan. Tiba-tiba geduprak suuuerrrr.... apa tuh.
Ternyata senter Raja yang dililitkan di carier terlepas dan akhirnya terjatuh berantakan ketika sedang menarik Gura karena medan yang mulai sulit, alat penerang itu berhenti ditempat yang tidak bisa dipungut kembali. Karena arah kanan kirinya adalah medan curam dengan batu yang ketika diinjak akan runtuh dan menyeret kebawah. Untung jika tidak terguling dan masuk kedalam jurang. Tidak akan ada yang menemukan jika itu terjadi. Karena sepanjang mata memandang hanya hamparan batuan vulcano dengan jurang jurang yang mengerikan.
”sudah tidak apa-apa. Lanjutkan saja perjalananya. Tidak bisa diambil lagi. Ini pegang tali weebingnya nanti aku tarik keatas. Raja melemparkan tali untuk menopang sebagai pengaman agar ketika ada yang terjtuh maka tali itu telah mengait ketubuh mereka. Track yang dilewati memang lebih parah dari bukit penyesalan milik gunung rinjani di lombok. Hanya jarak yang tidak terlalau jauh yang membedakana.
Sebelum sampai pada puncak bayangan terlihat dari celah celah bebatuan menyembul mengepulkan asap belerang yang terasa hangat, warnanyapun berbeda dari celah satu dan lainya. Ada yang putih pekat, kuning, hijau dan yang terparah adalah jika asap itu telah berwarna hijau kehitaman. Maka itu harus dihindari.
”Ja. Sunset sudah muncul, kita belum sampai puncak nih?
”ambil saja gambarnya sebagai dokumentasi. Itu yang sebelah paling timur, diantra celah batu vulcano yang membentuk dua tanduk sunsetnya sempurna”. Raja mengarahkan jari telunjuknya kearah timur, Memang dari arah itu sunset terlihat sangat sempurna, garis cahayanya terlihat terang dan membawa nilai warna lainya, misalkan merah, orange, hijau muda, biru dan kuning. Padahal 10 menit lagi sampai dipuncak. Sayang matahari telah keluar terlebih dahulu,
’rizal mengeluarkan kamera dan mengambil beberapa posisi. Dan budi membantu memasukan kembali kamera kedalam body pack yang berada dipunggung rizal.
”oke!! Kita lanjutkan perjalanan. Beberapa menit lagi kita sampai. Jika takut mual masker kalian jangan lupa digunakan.
Perjalanan yang benar-benar membutuhkan konsentrasi, karena medan yang dilalui telah menciptakan garis vertikal, jka tubuh tidak dapat menjaga keseimbangan maka tubuh akan bergoyang kekanan ataupun kekiri. Ditambah lagi setiap bebatuan yang diinjak akan longsor kebawah, menyeret ataupun batu akan membahayakan rekan yang dibawahnya.
”rock rock....... Gura memperingatkan bahwa ada longsoran batu besar yang persis diatas Edi. Untungnya edi mendengar teriakan diatasnya sehingga ia cepat-cepat menghindar. Batu itu pun mengenai gundukan batu lainya, dan setiap batu yang terkena getaran batu itupun akan retak, dan longsor kebawah dan begitu seterusnya. Hingga tekanan ringan yang akan menghentikan longsoran batu itu. Nampaknya hujan yang mengguyur semalaman telah menyebabkan batuan diatas puncak itu bergeser dari tempat semula sehingga batuan tersebut sangat rapuh. Setiap inci pergerakan mempunyai makna, setiap langkah adalah semangat untuk mencapai puncak, meski nafas telah berat, kaki telah letih, dan resiko yang mereka ambil adalah hidup atau mati, jika mereka melakukan satu kesalahan yang fatal maka akibatnya seluruh tim akan dapat merasakan dampaknya. Bisa tersesat, terjatuh kejurang, terkena hipotermia, pernafasan akut dan tidak berfungsinya jantung untuk memompa darah keotak.
Ini bukan taruhan antara hidup atau mati. Ini adalah kematangan berfikir dan keberanian dalam mengambil keputusan dan resiko. Dissaster management menjadi menu wajib bagi seorang petualang. Sehingga ketika terjadi keadaan darurat dan mendesak mereka tidak lagi mengalami kekacauan berfikir karena tidak tahu apa yang hendak dilakukan.
”
Di tugu surono yang merupakan in memoriam beberapa mahasiswa yang meninggal saat terjadi tragedi mapagama. Beberapa orang meninggal dan belum ditemukan jenazahnya. Saat badai dan hujan dipuncak terjadi mereka tercerai berai dan mungkin terjatuh kejurang kawah ataupun entah tersesat kemana.
Dipuncak yang tinggi itu kekuasaan tuhan benar2 telah ditunjukan. Diantara batuan vulcano itu manusia terasa kecil. Kecil karena keegoisan, nafsu dan perjalanan yang panjang melelahkan, penuh dengna prjuangan dn strategi agar mereka dapat sampai pada sebuah puncak. Tapi dipuncak itu udara semakin dingin dan kabut beberapa kali turun. dan kepuasan sebuah puncak tertinggi itu hanyalah untuk berapa detik mereka rasakan, memang bukan untuk itu mereka meraih sebuah puncak adalah untuk menghargai kehidpan ini dengan alam. Puncak adalah hegemoni setiap manusia untuk dikalahkan. Setiap detik adalah waktu yang sangat berharga. Setiap detik adalah pertaruhan antara hidup dan mati. Perjuangan pada dasarnya belum berakhir sebelum kita dapat beradaptasi pada sebuah puncak. Jika tidak kepuasan itu akan berubah menjadi sesuatu yang mematikan bagi mereka semua.
Rizal bergegas mempacking kembali minuman yang tadi dikeluarkan. Setelah berdoa mereka bergegas berjalan menysuri jalur untuk turun. medan yang terjal dan melewati berapa kawah untuksampai pada jalur guci merupakan tantangan tersendiri. Setelah melewati segara pasir mereka menyusuri jalur setapak yang merupakan pecahan yang terjadi bekas adanya erupsi. Puncakan itu terputus sebelum memasuki jalur guci. Udara tiba2 sangat berat karena beleranga tiba2 mnyembur keluar degnan cepat. Masker yagn digunakan tidak dapat menahan aroma khas yang membuat tenggorokan bisa berasa kering itu
Rizal batuk batuk, mukanya memerah dan perutnya sedikit mengeras, ia menahan aroma yang jarang diterima hidung. Cepat kita bawa kearea yang steril. Rizal masih kuat berdiri dan berjalan kearea yang bebas dari asap belerang. Hah serasa ditusuk-tusuk jangtung dan paru-paruku, rizal membuka masker dan meminum air mineral, hah luar biasa.... aku harus berdiri dan melanjutkan perjalanan. Ini ada aroma kopi taburkan dimasker kamu, ini berfungsi untuk mengurangi bau yang menusuk-nusuk itu, raja sambil menyodorkan bungkusan hitam ketangan rizal
Oke kita lanjutkan, dan rizal untuk sementara biar carier aku yang bawa. Untuk turun di jalur ini kaki kalian harus disilangkan, jangan berjalan lurus kedepan jika tidak ingin tubuh kamu terlempar kedepan. Hati-hati kanan kiri jurang, dan banyak batu besar tertutup pasir. Guide kita hanya bekas longsoran bekas turun pendaki lainya. Jadi harus hati-hati dan faham. Cuaca disini dapat merubah gundukan pasir dan jejak dengan cepat, jadi harus konsentrasi.
Setelah melipir melingkar dipunggungan terakhir mereka harus turun dijalur pasir yang tebal, jika tidak terbiasa pertama menapakan pasti akan takut dan terseret tanpa rem. Tapi dua tiga langkah akan berubah menjadi sesuatu yang menegangkan sekaligus mengasikan. Tidak ada pembatas dan pengaman jalur yang ada hanya sisa jejak para pendaki yang telah lama ditinggalkan. Tempat itu seperti kampung tua yang telah lama ditinggal pergi para penduduknya. Sepi sama sekali tidak ada kehidupan, tidak ada suara binatang, siulan burung ataupun gemrecit suara jangkrik. Yang ada hanya suara angin yang mendesir dikuping, sisa bekas semburan magma yang membeku, pasir dan batuan yang berasal dari lumpur panas yang telah membeku.
Jalur ini rawan dengan kecelakaan, jalan menyamping dan berjajar atau berurut bergantian mungkin metode terbaik untuk menghindari kecelakaan antar pendaki.
Setelah meluncur sekitar 15-25 menit berarti habis jalur ini. Dilanjutkan dengan padang batu yang luas, keras, lancip dan guide jalur hanya tumpukan batu kecil yang tinggal satu atau dua, hah harus eksra ne agar tidak tersesat. Raja sedikit hawatir jika kabut yang tebal turun dan biasanya akan lama menutup penglihatan. Artinya mereka harus berjalan dengan filing tanpa bisa melihat radius 10 meter.
Tiba-tiba sruuut.... rizal terpelanting kekanan dan tepat berhenti diteoi jurang. Sruuuuut sekali lagi sigura melorot dengan pantatnya sebagai tumpuan. Woi.. awas batu... dari atas tampak menggelundung gerombolan batu. Untung tidak mengenai si Gura. Hah menegangkan. Raja tersenyum kecut dan ketar ketir, tapi rizal hanya lecet kecil dan gura pun demikian. Syukurlah tidak terjadi hal lainya yang diluar kemampuan mereka semua untuk dapat berbuat banyak.
Dengan sedikit nyeri rizal dan gura berjlan sedikit tertatih. Tumpuan pada pergelangan kaki menjadi berat dalam kondisi turun dikarenakan otot bekerja dimulai dari tumit hingga pergelangan tempurung lutut, bekerja ekstra untuk menahan hentakan langkah kaki yang terus menerus.
Dari barat kabut tebal merayap kearah selatan, ini bertanda jalur mereka akan tertutup oleh kbut. Mereka hanya berharap pada angin dan keajaiban alam agar sang angin dapat membawa kabut itu beralih ketempat lain. Untuk semuanya kita berjalan jangan terlalu berjauhan, resiko tersesat nanti. Soalnya penunjuk arah banyak yang hilang kita tidak tau jika kabut itu nanti menutup pemandangan kita. Kita hanya tau jalur dari tumpukan batuan tersebut dan tolong jika ada batu yang hlang kita tambahkan dua atau tiga batu lagi sebabai pertanda. Raja meminta kepada empat kawanya agara berhati hati dan saling berdekatan.
continue.....