Jika saja R.A Kartini masih hidup tentunya ia akan menangis tanpa henti bahkan menganak sungai cucuran air matanya. Jika saja Cut Nyak Dien masih memegang rencongnya hingga hari ini mungkin ia akan menggunakan Rencongnya tidak lagi untuk menghajar para penjajah, tapi untuk wanita-wanita yang ada di sekelilingnya. Jika saja Perempuan-perempuan kita tidak kehilangan identitasnya, maka sosok Kartini dan Cut Nyak Dien akan mudah kita temukan di sekeliling kita saat ini.
Jika saja perempuan-perempuan kita dapat kita didik untuk dapat seperti Aisyah atau paling tidak Rubiah al Adawiyah tentunya tidak seliar saat ini. jika saja para perempuan kita tahu dan mengerti Ad-Din maka ia tidak akan kebablasan dalam menafsirkan emansi wanita atau tafsir jender. Sekarang kita tidAK lagi dapat menemukan perempuan yang seperti ibu-ibu kita, nenek-nenek kita, atau apalagi buyut kita. Karena mereka adalah Perempuan model 50 an yang memiliki integritas tinggi dalam menghormati suaminya, ahlaknya, nasionalismenya, amanahnya dan kemampaunnya dalam menempatkan sesuatu.
Perempuan sekarang lebih pandai memerahkan bibir dan memberi pacar dikuku dari pada memasak dan merawat anak-anak. lebih senang memamerkan kecantikanya dan tubuhnya dari pada Ia masuk dalam majlis-majlis ta'lim ataupun membaca buku-buku. Perempuan sekarang lebih suka jalan-jalan di Mall dan pasar-pasar dari pada Ia mendidik anak-anaknya dirumah, makanya banyak anak terlahir goblok gara-gara ibunya tidak lagi bisa mengasuh anak. Mereka lebih suka merias diri untuk orang lain bukan lagi untuk suaminya, tetapi malah untuk lelaki lain, Dan parahnya seorang laki-laki juga ikut-ikutan senang dengan hal tersebut. Perempuan bukan lagi perhiasan "prbadi" tapi juga bisa untuk koleksi di lemari rumah orang lain. Perempuan sekarang lebih suka duit dan memanjakan dirinya ditempat remang-ramang dari pada Ia menjaga amanah suaminya.
Mari kita lihat pendapat para filsuf dahulu ”Menurut Aristoteles, secara nalar atau akal, perempuan tidaklah diciptakan untuk berfikir luas. Maka realitanya adalah perempuan lebih mengharukan dan lebih pencemburu, lebih suka mengeluh, lebih cenderung marah-marah dan menyerang, penakut, pemalu dan jaga diri, lebih banyak salah kata dan lebih memperdaya. Sehingga ketika itu seorang Yunani mengatakan ”sesungguhnya kita mengawini perempuan hanyalah untuk melahirkan anak-anak kita.” Dalam pandangan bangsa yahudi tidak jauh dengan perkataan Yunani, bahkan mereka mengatakan ”lebih baik berjalan di belakang harimau dari pada berjalan dibelakang perempuan”. Maka dalam doa sehari-hari orang Yahudi menyebutkkan ”terpujilah engkau Tuhan, yang tidak menciptakan aku sebagai perempuan”. Selanjutnya Thomas Aquinas seorang teolog kristen terkemuka mengatakan ”perempuan sebagai hewan yang tak berjiwa” perempuan adalah hewan yang tidak sempurna dan plin-plan, suka menipu, mudah tergoda nafsunya, mudah tergoda setan sehingga sering menjadi penyihir.
”Entah itu sebuah subordinasi kaum laki-laki ataukah memang kenyataan. Jika kita dapat merefleksikan, pada masa lalu ketika perempuan hanyalah barang komoditi yang dapat diwariskan, budak yang melayani lak-laki, tanpa hak, dan dianggap secon class. Hingga nabi terakhir yang ma’sum mengangkat derajat dan nilai-nilai kaum perempuan. Dari barang warisan menjadi orang yang diwarisi, dari budak menjadi istri, hingga mempunyai hak dan martabat yang sama. Ketika itulah taqwa menjadi dasar pembeda manusia dihadapan Tuhan tiada lagi subordinasi laki-laki dan perempuan. Bahkan derajat perempuan diangkat sangatlah tinggi, hingga ilmu-ilmu tentang fiqh banyak berbicara khusus tentang perempuan. Dan surga pun diletakan dibawah telapak kaki perempuan (ibu).
"Kini dan Dulu" hanyalah poros perputaran sejarah. Dan sejarah tidak selamanya bohong, ia akan ada tanpa diminta, ia akan ada meski kita tak mengharapkanya. Ia tak selamanya benar meski kita telah membenarkanya. Yang jelas adalah identitas peradaban sebuah negeri dapat dilihat dari penghunninya, salah satunya ialah Perempuan. saya pake kata perempuan bukan Wanita karena lebih terhormat menurut saya. Kenapa perempuan dapat menjadi simbol?? karena perempuan adalah ibu bumi, ialah yang menghidupi ladang-ladang kehidupan, menghidupi para generasi, mentransformasi intasari bumi ketiap generasi. Nah jika sebagai ibu Bumi, ia sudah tidak mampu lagi menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya tunas generasi baru maka tunggulah kehancuran sebuah peradaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar